oleh Zoraya's Zone

"Jika nuklir ini dinilai jelek dan kami tidak boleh menguasainya dan memilikinya, mengapa kalian sebagai adikuasa memilikinya? Sebaliknya, jika teknonuklir ini baik bagi kalian, mengapa kami tidak boleh juga memakainya"

Suatu pernyataan dari orang yang tidak biasa di dunia yang semakin kerdil ini. Pernyataan penghidupan yang lebih berani, untuk menuntut kehidupan yang lebih baik. Pernyataan dari seorang yang mewakili jutaan orang untuk menjalani hidup yang tidak terkekang, hidup yang tidak dikerdilkan dan hidup yang jauh dari hegemoni bangsa yang mengaku dirinya penguasa dunia.

Kutipan di atas adalah salah satu kalimat dari sekian ribu kalimat di dalam surat Mahmoud Ahmadinejad, Presiden Iran, yang ditujukan kepada Presiden Amerika, George W. Bush.

Berbicara Iran hari ini, kita tidak bisa melupakan revolusi Islam di Iran pada tahun 1979 yang dimotori oleh Ayatullah Khomeini. Seorang ulama kharismatik Iran yang tidak henti-hentinya menyemburkan api revolusi di dalam otak dan hati para pengikutnya.



Pada awalnya, Iran merupakan salah satu negara yang menganut sistem pemerintahan monarki. Dimana raja merupakan puncak pimpinan tertinggi. Ketika itu Syah Reza Fahlevi sebagai raja sekaligus perdana mentri, ia sangat alergi dengan kata-kata demokrasi, bahkan untuk membungkam para pembangkang yang menyulut api demokrasi di Iran ia tidak segan-segan mengambil tindakan tegas. Reza takut jika para rakyatnya meminta demokrasi ditegakkan, maka ia akan tersingkir dari tahtanya.

Bukan hanya upaya defensif dengan kekerasan yang dilakukan Pahlevi untuk melanggengkan kekuasannya. Tapi lebih dari itu juga mempercepat pembangunan di Iran. Seperti membangun pemukiman elit di utara Iran untuk para pegawai negeri eselon 3. dan mengsubsidi semua kebutuhan pokok rakyatnya. Minyak sebagai pelumas roda pembangunan di Irak, ternyata tidak cukup membungkam para rakyatnya yang haus dengan kebebasan dan demokrasi dalam pengelolaan negara.

Kehidupan mewah Pahlevi dan kerabat kerajaan ternyata menjadi pemicu pemberontakan, rakyat yang katanya disubsidi tetap saja miskin dan melarat. Ditambah lagi dengan kedekatan Pahlevi dengan dedengkotnya musuh Islam, Amerika Serikat.

Imam Khomeini ketika itu adalah seorang ulama, dalam ceramah dakwahnya tidak lupa ia menyelipkan sedikit bumbu-bumbu revolusi. Ketika itu, sekitar pertengahan tahun 1960-an. Mahmoud Ahmadinejad merupakan salah satu mahasiswa yang terbakar dengan rayuan Khomeini tentang revolusi Islam di Iran.

Kini, setelah 27 tahun revolusi Islam di Iran ternyata tidak membawa perubahan yang signifikan bagi kesejahteraan rakyat Iran. Pemimpin yang korup kerap mewarnai kepemimpinan Iran.

Sebelum menjabat Presiden, Ahmadinejad adalah Walikota Teheran. Ia sangat dikagumi oleh rakyatnya. Betapa tidak, rumah dinas fasilitas negara yang mewah ia hibahkan untuk dijadikan meusium, ia juga rela memarkirkan mobil buntutnya di tengah jalan hanya karena melihat jalanan yang kotor dan menyapu jalanan tersebut hingga bersih sebelum ia masuk ke kantornya.

Bersama dua orang anaknya dan seorang istri ia tinggal di daerah kumuh. Dalam kalangan masyarakat Iran, lingkungan yang ia tinggalan adalah level masyarakat yang paling rendah di Iran.

Seorang wartawan Jerman, ketika mewawancarainya berkata “Anda tidak mirip seperti Presiden” dengan tanpa basa-basi beliau mnjawab “Tapi lebih mirip dengan pelayan bukan, karena saya adalah pelayan masyarakat”.

Pada tanggal 11 Mei 2006 lalu, Ahmadinejad berkunjung ke Indonesia setelah sehari sebelumnya mengirimkan surat ke presdien Bush mengenai isi hatinya. Beliau di undang oleh Universitas Indonesia untuk memberikan kuliah umum disana. Ahmadinejad disambut seperti pahlawan yang baru pulang dari medan perang. Antusiasme mahasiswa begitu tingg pada saat itu.

Dalam kuliahnya, ia sangat menekankan peranan kaum pemuda.

“Bagi saya, pemuda adalah modal utama. Mereka adalah modal paling berharga.”

Keberaniannya menentang Amerika dan Israel, menjadikan ia sebagai seorang yang sangat di kagumi. Berani mempertaruhkan rakyat dan kehormatan demi mencapai kehormatan yang hakiki. Akankah pemimpin negeri ini seperti pemimpin Iran????????????????????

Pertanyaan yang bukan untuk dijawab, tetapi harus dicari tempat persembunyiaannya.

--------------------------;{@

Ngomong revolusi bukan ngomong seminggu dua minggu, ato sebulan dua bulan, tapi ngomongin puluhan tahun proses. Dari pra kelahiran, kelahiran, menjalankan dan mempertahankan. Semuanya butuh proses panjang yang memiliki landasan konseptual yang matang.

Ngomorng revolusi, aku juga ingat tentang isu yang berkembang di milist kampusku. Ada yang menawarkan revolusi mahasiswa, tapi gimana konsepnya. Dan yang paling penting dalam revolusi adalah figur. Punya figur nggak, yang bisa dijadikan contoh, motor, sekaligus berani berkorban. Bukan Cuma berani nyiram bensin aja, waktu nyembur dia-nya kabur….

Aku saranin. Bagi yang mau revolusi ria, baca tuh buku, bagus bana. Buat isi otak kita yang masih kosong tentang arti revolusi……

Penulis: Muhsin Labib | Ibrahim Muharam | Musa Kazhim | Alfian Hamzah

Penerbit: HIKMAH populer

This entry was posted on Thursday, June 14, 2007 . You can leave a response and follow any responses to this entry through the Subscribe to: Post Comments (Atom) .

0 komentar